oleh :
Gatot Jatmiko.
Perjalanan
para Caleg...,
Mana unsur
yang lebih utama dalam benak mereka, unsur Hedonisme lebih dahulu, idealisme
perjuangan rakyat, ataukah Martabat dulu? Sifat dan karakter manusia yang
disetiap individunya berbeda tersebut telah
melahirkan perbedaan tujuan yang berbeda pula. Pemilu, entah itu Pilpres, Pileg, Pilkada, Pilkades, bahkan sampai tingkat terendah RT sekalipun, ternyata dipengaruhi oleh ketiga unsur diatas. Uniknya ditiap-tiap pemilihan jabatan itu berlaku urutan unsur tujuan yang berbeda pula.
melahirkan perbedaan tujuan yang berbeda pula. Pemilu, entah itu Pilpres, Pileg, Pilkada, Pilkades, bahkan sampai tingkat terendah RT sekalipun, ternyata dipengaruhi oleh ketiga unsur diatas. Uniknya ditiap-tiap pemilihan jabatan itu berlaku urutan unsur tujuan yang berbeda pula.
Memang
dalam menarik kesimpulan tidak bisa kita katakan bahwa semua nya mutlak, namun
dominasi tujuan Pemilu disini akan membuka nalar kita dalam berpendidikan
politik secara general. Perlu kita ketahui di dunia perpolitikan saat ini,
sistem Demokrasi telah memegang suatu sistem yang paling kompleks. Betapa
tidak, Kondisi yang selalu berkembang baik dalam rentang jaman, perkembangan
ekonomi, ataupun perkembangan budaya telah mempengaruhi pemikiran manusia
untukm memilih jalan politik suatu bangsa. Apalagi Demokrasi adalah suatu sistem
politik yang dinamis tanpa dibatasi religi maupun adat tradisi. Tidak sedikit
publik mengecam bentuk maupun buah dari sistem ini, Tapi Dunia barat telah
berhasil mengemas produk demokrasi ini menjadi sistem yang paling banyak
diterima kalangan.
Unsur Hedonisme
(bisa dibilang dalam tatanan tradisi adalah mazhab hedonisme atau kyrene)
dominan sebagai unsur akhir atau hasil akhir pencarian jabatan politik di diri
manusia. Mazhab hedonisme ternyata mulai diperkenalkan oleh Aristippus padfa
tahun 400-an SM. Seorang filosof Yunani ini terbentuk karakternya dengan
memulai mempelajari ajaran-ajaran Protagoras dan Sokrates. Penajaman makna
hedonisme itu sendiri adalah hidup untuk kesenangan tanpa batas. Kesenangan
yang tanpa batas inilah yang membuat para pengikut hedonisme bisa melakukan
apapun asalkan kesenangan mereka tercapai. Meskipun hedonisme dari segi
teoritis diperkenalkan oleh Aristippus, Namun sebenarnya pemikiran Hedonisme
itu sendiri telah ada dijaman Firáun bahkan mungkin lama sebelum peradaban tersebut
muncul. Firáun mencoba membangun Negerinya dengan semewah-mewahnya. Apakah Dia
membangun semua itu dengan niat
memakmurkan semua Rkyat? mindset Firáun kala itu hanya ingin negeri yang ia
bangun sesuai dengan apa yang dia inginkan saj. Kemegahan, kemewahan dan bahkan
menganggap dirinya Tuhan apakah bisa dikatakan dia sebagai Bapak pembangunan
Dunia?!. Hedonisme di diri Firáun itu secara nyata telah menyengsarakan rakyat,
Kita bisa sebut juga kala itu adalah tonggak sejarah berdirinya kediktatoran di
Dunia ini.
Setiap
manusia mempunyai kesempatan besar menjadi manusia Hedonis. Setelah pelaksanaan
pemilihan jabatan, mereka mempunyai kewenangan, mempunyai kuasa dan hak sebagai
pejabat yang dibatasi oleh Undang-Undang serta berbagai aturan-aturan bersama.
Batasan aturan pejabat-pejabat itulah yang sering mereka langgar. Pelanggaran
itu terjadi karena mereka ingin apa yang mereka mau tercapai dengan tanpa
batasan aturan. kita ketahui di atas bahwa hedonisme adalah kesenangan yang
tanpa batas dan tak ingin dibatasi tatanan tertentu. Awal kengerian ini dari
perlombaan mereka untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dengan
mengeluarkan sejumlah harta yang bahkan tak sedikit dari mereka menjual tanah,
rumah dan segalanya untuk modal menarik simpati dan suara Rakyat. Sistem
Demokrasi ditiap negara seharusnya tidak bisa kita sama-ratakan. Tanah
pegunungan tak akan sama suburnya dengan tanah di pesisir pantai, Tanaman yang
subur dilahan tropis tak akan bisa sesubur dilahan yang mempunyai empat musim.
Perlunya
kita menilik kembali sistem Demokrasi bagaimana yang cocok, pas, dan tumbuh
sempurna di negara ini sangatlah penting. Banyak hal yang menjadi bahan untuk
kita koreksi dan kaji bersama. Dari unsur media massa kita sebagai sarana
informasi publik, sistem kependidikan di Indonesia, Aturan-aturan Pemerintah,
hingga sistem kepemerintahan itu sendiri. Kita harus kembali memangku asas
pemilu kita dengan sebenar-benarnya utuh untuk kemakmuran rakyat. Kondisi yang
kita hadapi kini masih jauh dari harapan. Meski saat ini Pemerintah tetap
bangga dengan mempersembahkan asas dari, oleh ,dan untuk rakyat, Namun yang
masih menjadi pertanyaan adalah Rakyat yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar