8/10/2013

Demokrasi Hedonisme


oleh : Gatot Jatmiko.

Perjalanan para Caleg...,
Mana unsur yang lebih utama dalam benak mereka, unsur Hedonisme lebih dahulu, idealisme perjuangan rakyat, ataukah Martabat dulu? Sifat dan karakter manusia yang disetiap individunya berbeda tersebut telah
melahirkan perbedaan tujuan yang berbeda pula. Pemilu, entah itu Pilpres, Pileg, Pilkada, Pilkades, bahkan sampai tingkat terendah RT sekalipun, ternyata dipengaruhi oleh ketiga unsur  diatas. Uniknya ditiap-tiap pemilihan jabatan itu berlaku urutan unsur tujuan yang berbeda pula.

Memang dalam menarik kesimpulan tidak bisa kita katakan bahwa semua nya mutlak, namun dominasi tujuan Pemilu disini akan membuka nalar kita dalam berpendidikan politik secara general. Perlu kita ketahui di dunia perpolitikan saat ini, sistem Demokrasi telah memegang suatu sistem yang paling kompleks. Betapa tidak, Kondisi yang selalu berkembang baik dalam rentang jaman, perkembangan ekonomi, ataupun perkembangan budaya telah mempengaruhi pemikiran manusia untukm memilih jalan politik suatu bangsa. Apalagi Demokrasi adalah suatu sistem politik yang dinamis tanpa dibatasi religi maupun adat tradisi. Tidak sedikit publik mengecam bentuk maupun buah dari sistem ini, Tapi Dunia barat telah berhasil mengemas produk demokrasi ini menjadi sistem yang paling banyak diterima kalangan.

Unsur Hedonisme (bisa dibilang dalam tatanan tradisi adalah mazhab hedonisme atau kyrene) dominan sebagai unsur akhir atau hasil akhir pencarian jabatan politik di diri manusia. Mazhab hedonisme ternyata mulai diperkenalkan oleh Aristippus padfa tahun 400-an SM. Seorang filosof Yunani ini terbentuk karakternya dengan memulai mempelajari ajaran-ajaran Protagoras dan Sokrates. Penajaman makna hedonisme itu sendiri adalah hidup untuk kesenangan tanpa batas. Kesenangan yang tanpa batas inilah yang membuat para pengikut hedonisme bisa melakukan apapun asalkan kesenangan mereka tercapai. Meskipun hedonisme dari segi teoritis diperkenalkan oleh Aristippus, Namun sebenarnya pemikiran Hedonisme itu sendiri telah ada dijaman Firáun bahkan mungkin lama sebelum peradaban tersebut muncul. Firáun mencoba membangun Negerinya dengan semewah-mewahnya. Apakah Dia membangun semua itu  dengan niat memakmurkan semua Rkyat? mindset Firáun kala itu hanya ingin negeri yang ia bangun sesuai dengan apa yang dia inginkan saj. Kemegahan, kemewahan dan bahkan menganggap dirinya Tuhan apakah bisa dikatakan dia sebagai Bapak pembangunan Dunia?!. Hedonisme di diri Firáun itu secara nyata telah menyengsarakan rakyat, Kita bisa sebut juga kala itu adalah tonggak sejarah berdirinya kediktatoran di Dunia ini.
Setiap manusia mempunyai kesempatan besar menjadi manusia Hedonis. Setelah pelaksanaan pemilihan jabatan, mereka mempunyai kewenangan, mempunyai kuasa dan hak sebagai pejabat yang dibatasi oleh Undang-Undang serta berbagai aturan-aturan bersama. Batasan aturan pejabat-pejabat itulah yang sering mereka langgar. Pelanggaran itu terjadi karena mereka ingin apa yang mereka mau tercapai dengan tanpa batasan aturan. kita ketahui di atas bahwa hedonisme adalah kesenangan yang tanpa batas dan tak ingin dibatasi tatanan tertentu. Awal kengerian ini dari perlombaan mereka untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan sejumlah harta yang bahkan tak sedikit dari mereka  menjual tanah, rumah dan segalanya untuk modal menarik simpati dan suara Rakyat. Sistem Demokrasi ditiap negara seharusnya tidak bisa kita sama-ratakan. Tanah pegunungan tak akan sama suburnya dengan tanah di pesisir pantai, Tanaman yang subur dilahan tropis tak akan bisa sesubur dilahan yang mempunyai empat musim.

Perlunya kita menilik kembali sistem Demokrasi bagaimana yang cocok, pas, dan tumbuh sempurna di negara ini sangatlah penting. Banyak hal yang menjadi bahan untuk kita koreksi dan kaji bersama. Dari unsur media massa kita sebagai sarana informasi publik, sistem kependidikan di Indonesia, Aturan-aturan Pemerintah, hingga sistem kepemerintahan itu sendiri. Kita harus kembali memangku asas pemilu kita dengan sebenar-benarnya utuh untuk kemakmuran rakyat. Kondisi yang kita hadapi kini masih jauh dari harapan. Meski saat ini Pemerintah tetap bangga dengan mempersembahkan asas dari, oleh ,dan untuk rakyat, Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah Rakyat yang mana?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar